KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “MEKANISME PEREDARAN DARAH
JANTUNG”
Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian MEKANISME PEREDARAN DARAH
JANTUNG atau yang lebih khususnya membahas penerapan system kardiovaskuler,Diharapkan Makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua tentang MEKANISME PEREDARAN DARAH
JANTUNG.
Kami menyadari bahwa Makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan Makalah
ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha
kita. Amin.
Jakarta, 08-Oktober-2012
Penyusun
SISTEM PEREDARAN
DARAH MANUSIA (TRANSPORTASI)
Transportasi ialah
proses pengedaran berbagai zat yang diperlukan ke seluruh tubuh dan pengambilan
zat-zat yang tidak diperlukan untuk dikeluarkan dari tubuh.
Alat transportasi pada manusia terutama adalah darah. Di dalam tubuh darah
beredar dengan bantuan alat peredaran darah yaitu jantung dan pembuluh darah.
Darah adalah cairan yang terdapat pada
semua makhluk hidup(kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan
zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut
bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai
pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang
berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato-
yang berasal dari bahasa Yunani haima
yang berarti darah.
Arteri ialah Salur darah yang membawa darah keluar dari
jantung.
Cara Kerja Jantung
Sistm
sirkulasi memiliki 3 komponen:
1.
Jantung yang berfungsi sebagai pompa yang melakukan tekanan
terhadap darah agar timbul gradien dan darah dapat mengalir ke seluruh tubuh
2.
Pembuluh
darah yang berfungsi sebagai saluran
untuk mendistribusikan darah dari jantung ke semua bagian tubuh dan
mengembalikannya kembali ke jantung
3.
Darah yang berfungsi sebagai medium transportasi dimana darah
akan membawa oksigen dan nutrisi
Darah berjalan melalui sistim
sirkulasi ke dan dari jantung melalui 2 lengkung vaskuler (pembuluh darah) yang
terpisah. Sirkulasi paru terdiri atas lengkung tertutup pembuluh darah
yang mengangkut darah antara jantung dan paru. Sirkulasi sistemik
terdiri atas pembuluh darah yang mengangkut darah antara jantung dan sistim
organ.
Perjalanan Darah dalam Sistim
Sirkulasi
Jantung berfungsi sebagai pompa ganda. Darah yang kembali dari sirkulasi
sistemik (dari seluruh tubuh) masuk ke atrium kanan melalui vena besar yang
dikenal sebagai vena kava. Darah yang masuk ke atrium kanan berasal dari
jaringan tubuh, telah diambil O2-nya dan ditambahi dengan CO2. Darah yang
miskin akan oksigen tersebut mengalir dari atrium kanan melalui katup ke
ventrikel kanan, yang memompanya keluar melalui arteri pulmonalis ke
paru. Dengan demikian, sisi kanan jantung memompa darah yang miskin oksigen
ke sirkulasi paru. Di dalam paru, darah akan kehilangan CO2-nya dan
menyerap O2 segar sebelum dikembalikan ke atrium kiri melalui vena
pulmonalis.
Darah kaya oksigen yang kembali ke
atrium kiri ini kemudian mengalir ke dalam ventrikel kiri, bilik pompa yang
memompa atau mendorong darah ke semus sistim tubuh kecuali paru. Jadi, sisi
kiri jantung memompa darah yang kaya akan O2 ke dalam sirkulasi sistemik.
Arteri besar yang membawa darah menjauhi ventrikel kiri adalah aorta.
Aorta bercabang menjadi arteri besar dan mendarahi berbagai jaringan tubuh.
Sirkulasi sistemik memompa darah ke
berbagai organ, yaitu ginjal, otot, otak, dan semuanya. Jadi darah yang keluar
dari ventrikel kiri tersebar sehingga masing-masing bagian tubuh menerima darah
segar. Darah arteri yang sama tidak mengalir dari jaringan ke jaringan.
Jaringan akan mengambil O2 dari darah dan menggunakannya untuk menghasilkan
energi. Dalam prosesnya, sel-sel jaringan akan membentuk CO2 sebagai produk buangan
atau produk sisa yang ditambahkan ke dalam darah. Darah yang sekarang
kekurangan O2 dan mengandung CO2 berlebih akan kembali ke sisi kanan jantung.
Selesailah satu siklus dan terus menerus berulang siklus yang sama setiap saat.
Kedua sisi jantung akan memompa
darah dalam jumlah yang sama. Volume darah yang beroksigen rendah yang dipompa
ke paru oleh sisi jantung kanan memiliki volume yang sama dengan darah
beroksigen tinggi yang dipompa ke jaringan oleh sisi kiri jantung.
Sirkulasi paru
adalah sistim yang memiliki tekanan dan resistensi rendah, sedangkan sirkulasi
sistemik adalah sistim yang memiliki tekanan dan resistensi yang tinggi.
Oleh karena itu, walaupun sisi kiri dan kanan jantung memompa darah dalam
jumlah yang sama, sisi kiri melakukan kerja yang lebih besar karena ia memompa
volume darah yang sama ke dalam sistim dengan resistensi tinggi. Dengan
demikian otot jantung di sisi kiri jauh lebih tebal daripada otot di sisi kanan
sehingga sisi kiri adalah pompa yang lebih kuat.
Darah mengalir melalui jantung dalam
satu arah tetap yaitu dari vena ke atrium ke ventrikel ke arteri. Adanya
empat katup jantung satu arah memastikan darah mengalir satu arah. Katup
jantung terletak sedemikian rupa sehingga mereke membuka dan menutup secara
pasif karena perbedaan gradien tekanan. Gradien tekanan ke arah depan mendorong
katup terbuka sedangkan gradien tekanan ke arah belakang mendorong katup
menutup.
Dua katup jantung yaitu katup
atrioventrikel (AV) terletak di antara atrim dan ventrikel kanan dan kiri.
Katup AV kanan disebut dengan katup trikuspid karena memiliki tiga daun
katup sedangkan katup AV kiri sering disebut dengan katup bikuspid atau
katup mitral karena terdiri atas dua daun katup. Katup-katup ini
mengijinkan darah mengalir dari atrium ke ventrikel selama pengisian ventrikel
(ketika tekanan atrium lebih rendah dari tekanan ventrikel), namun secara alami
mencegah aliran darah kembali dari ventrikel ke atrium ketika pengosongan
ventrikel atau ventrikel sedang memompa.
Dua katup jantung lainnya yaitu katup
aorta dan katup pulmonalis terletak pada sambungan dimana tempat
arteri besar keluar dari ventrikel. Keduanya disebut dengan katup semilunaris
karena terdiri dari tiga daun katup yang masing-masing mirip dengan kantung
mirip bulan-separuh. Katup ini akan terbuka setiap kali tekanan di ventrikel
kanan dan kiri melebihi tekanan di aorta dan arteri pulmonalis selama ventrikel
berkontraksi dan mengosongkan isinya. Katup ini akan tertutup apabila ventrikel
melemas dan tekanan ventrikel turun di bawah tekanan aorta dan arteri
pulmonalis. Katup yang tertutup mencegah aliran balik dari arteri ke ventrikel.
Walaupun tidak terdapat katup antara
atrium dan vena namun hal ini tidak menjadi masalah. Hal ini disebabkan oleh
dua hal, yaitu karena tekanan atrium biasanya tidak jauh lebih besar dari
tekanan vena serta tempat vena kava memasuki atrium biasanya tertekan selama
atrium berkontraksi.
Proses Mekanis Siklus Jantung
Jantung secara berselang-seling berkontraksi untuk mengosongkan isi
jantung dan berelaksasi untuk mengisi darah. Siklus jantung terdiri atas
periode sistol (kontraksi dan pengosongan isi) dan diastol (relaksasi dan
pengisian jantung). Atrium dan ventrikel mengalami siklus sistol dan diastol
terpisah. Kontraksi terjadi akibat penyebaran eksitasi (mekanisme listrik
jantung) ke seluruh jantung. Sedangkan relaksasi timbul setelah repolarisasi
atau tahapan relaksasi otot jantung.
Kontraksi sel otot jantung untuk memompa darah dicetuskan oleh potensial
aksi yang menyebar melalui membran-membran sel otot. Jantung berkontraksi atau
berdenyut secara berirama akibat potensial aksi yang ditimbulkannya sendiri.
Hal ini disebabkan karena jantung memiliki mekanisme aliran listrik yang
dicetuskannya sendiri guna berkontraksi atau memompa dan berelaksasi.
Potensial aksi ini dicetuskan oleh nodus-nodus pacemaker yang terdapat di
jantung dan dipengaruhi oleh beberapa jenis elektrolit seperti K+, Na+, dan
Ca++. Gangguan terhadap kadar elektrolit tersebut di dalam tubuh dapat
mengganggu mekanisme aliran listrik jantung.
Arus listrik yang dihasilkan oleh otot jantung menyebar ke jaringan di
sekitar jantung dan dihantarkan melalui cairan-cairan tubuh. Sebagian kecil
aktivitas listrik ini mencapai permukaan tubuh dan dapat dideteksi menggunakan
alat khusus. Rekaman aliran listrik jantung disebut dengan elektrokardiogram
atau EKG. EKG adalah rekaman mengenai aktivitas listrik di cairan tubuh yang
dirangsang oleh aliran listrik jantung yang mencapai permukaan tubuh. Jadi EKG
bukanlah rekaman langsung aktivitas listrik jantung yang sebenarnya.
Berbagai komponen pada rekaman EKG dapat dikorelasikan dengan berbagai
proses spesifik di jantung. EKG dapat digunakan untuk mendiagnosis kecepatan
denyut jantung yang abnormal, gangguan irama jantung, serta kerusakan otot jantung.
Hal ini disebabkan karena aktivitas listrik akan memicu aktivitas mekanis
sehingga kelainan pola listrik biasanya akan disertai dengan kelainan mekanis
atau otot jantung sendiri.
JANTUNG
KORONER
NO INTERVENSI RASIONAL1 Pantau / catat karakteristiknyeri
dada pasien :
lo
kasi,radius, durasi, kua
l
itas, danfakt
o
r-fakt
o
r yangmempengaruhi
.
Identifikasi karakteristik nyeri dadasecara tepat akan
menjadi acuanuntuk me
l
akukan intervensi
.
2 Ukur dan catat tanda vita
l
tiap jam
.
supp
l
y O
2
k
o
r
o
ner yang adekuat dapatdimanifestasikan dengan kestabi
l
antanda vita
l
.
3 Beri p
o
sisi semif
owl
er P
o
sisi semif
owl
er dapat meningkatkanekspansi dada dan sirku
l
asi darahmeningkat
.
4 Beri O
2
sesuai terapi Pemberian O
2
dapat menambahsupp
NO INTERVENSI RASIONAL5 Anjurkan dan bimbing pasienuntuk
tarik nafas da
l
am (teknikre
l
aksisi), teknik distraksi, danbimbingan imajinasi
.
Teknik re
l
aksisi dibutuhkan untukmeminima
l
kan k
o
nsumsi O
2
mi
o
karddan meningkatkan supp
l
y O
2
jaringan,teknik distribusi dan imajinasimembantu menga
l
ihkan f
o
cusperhatian dari rasa nyeri
.
6 Lakukan pemeriksaan ECG tiaphari dan saat nyeri dada
timbu
l
.
Pemeriksaan ECG tiap hari dan saatnyeri dada timbu
l
berguna untukmendiagn
o
sa
l
uasnya infark
.
7 Berikan terapi tirah baring(bedrest) se
l
ama 24 jampertama p
o
st serangan
.
Tirah bating/istirahat t
o
ta
l
dapatmengurangi k
o
nsumsi/demand O
2
mi
o
kard
.
8 Ciptakan
l
ingkungan yangtenangStress
o
r dari
l
uar diminima
l
kansehingga kebutuhan O
2
mi
o
kardberkurang
.
B.
Intoleransi aktivitas b/d
ketidakseimbangan suplai oksigen miokarddengan kebutuhan tubuh.
NO INTERVENSI RASIONAL1 Beri penje
l
asan pentingnyatirah baring (bedrest)Menambah pengetahuan
pasien,bah
w
a tirah baring dapat mengurangik
o
nsumsi
o
ksigen mi
o
card sehinggapasien dapat k
oo
peratif se
l
ama
NO INTERVENSI RASIONALpera
w
atan
.
2 Je
l
askan akibat jika pasienbanyak beraktivitas se
l
ama 24 jam pertama p
o
st serangan
.
Pada fase akut supp
l
y
o
ksigenmenurun
ol
eh karena adanyasumbatan pada mi
o
kard, aktivitasdapat memperburuk hem
o
dinamik
.
3 Beri kesempatan pada pasienuntuk bertanya tentang ha
l
-ha
l
yang be
l
um dimengerti
.
Umpan ba
l
ik p
o
sitif dari pasien danke
l
uarga menjadi t
ol
ak ukur sikapk
oo
peratif pasien
.
4 Ukur dan catat tand vita
l
sebe
l
um dan sesudah aktivitas
.
Efek dari aktivitas terhadap sirku
l
asisistemik dan k
o
r
o
ner dapatditunjukkan da
l
am peningkatan tandavita
l
.
5 Bantu pasien da
l
am memenuhiADL
.
Kebutuhan ADL pasien dapatterpenuhi dengan bantuan
pera
w
atuntuk mengurang beban jantungpasien
.
6 Eva
l
uasi resp
o
n pasien saatsete
l
ah aktivitas terhadap nyeridada, sesak, sakit kepa
l
a,pusing, keringat dingin
.
Adanya tanda-tanda tersebutmerupakan tanda adanya
ketidakseimbangan supp
l
y dan kebutuhan
o
ksigen mi
o
kard
.
7 Hentikan aktivitas saat pasienmenge
l
uh nyeri dada, sesak,sakit kepa
l
a, pusing, keringatdingin
.
Istirahat dibutuhkan untukmengurangi kebutuhan
o
ksigenmi
o
kard
.
8 Beri penje
l
asan pada pasientanda tanda memburuknyaPasien dapat
w
aspada apabi
l
a adatanda-tanda penurunan hem
o
dinamik
NO INTERVENSI RASIONALstatus hem
o
NO INTERVENSI RASIONAL1 Ukur dan catat tanda vita
l
tiap jam
.
Penurunan curah jantung dapatdimanifestasikan dengan
peningkatannadi, TD, HR
.
2 Kaji adanya bunyi tambahanpada Ausku
l
tasi
.
Bunyi S3 biasanya dihubungkandengan ke
l
ebihan kerja ventrike
l
kiridan S4 berhubungan dengan ischemicmi
o
kard
.
Murmur menunjukkan gangguana
l
iran darah n
o
rma
l
pada jantung
.
3 Ausku
l
tasi bunyi nafas Crecies menunjukkan k
o
ngesti paruakibat penurunan fungsi mi
o
kard
.
4 Pantau frekuensi dan irama jantung dan catat
adanya iramadisritmia me
l
a
l
ui m
o
nit
o
rAdanya nekr
o
se / kematian
o
t
o
t jantung dapat menyebabkangangguan sistim k
o
nduksi dan
NO INTERVENSI RASIONAL(bedside m
o
nit
o
r ECG) penurunan curah jantung
.
5 Observasi perfusi jaringan :Acra
l
, ke
l
embaban ku
l
it danperubahan
w
arna ku
l
it danujung-ujung jari dan ni
l
aiCapi
l
ary Refi
ll
Time (SPO
2
)Penurunan cardiac
o
utput dapatmempengaruhi sir
l
u
l
asi darah (perifer)6 Ciptakan
l
ingkungan yang amandan nyaman, batasi aktivitas
.
Lingkungan yang aman dan nyamanmenurunkan stress
o
r
l
uar sehinggamenurunkan k
o
nsumsi O
2
mi
o
kard
.
A. Pengertian.
7 Catat intake-
o
utput tiap 6 jam Penurunan cardiac
o
utputmenuebabkan penurunan perfusiginja
l
.
G. Kurang pengetahuan (tentang kondisi
dan kebutuhan terapi) b/d kurangterpajang atau salah interpretasi terhadap
informasi tentang fungsi jantung/implikasi penyakit jantung dan perubahan
status kesehatan yangakan datang.
NO INTERVENSI RASIONAL1 Kaji pengetahuan pasien danke
l
uarga tentang penyakitDasar pengetahuan yang dimi
l
ikipasien dan ke
l
uarga membantupera
w
at da
l
am memberikan
Penyakit
jantung koroner/ penyakit arteri koroner (penyakit jantung artherostrofik) merupakan suatu
manifestasi khusus dan arterosclerosis pada arteri koroner. Plaque terbentuk
pada percabangan arteri yang ke arah aterion kiri, arteri koronaria kanan dan
agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah ke distal dapat mengalami
obstruksi secara permanen maupun sementara yang di sebabkan oleh akumulasi
plaque atau penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi
arteromasus yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium.
Kegagalan sirkulasi kolateral untuk menyediakan supply oksigen yang adekuat ke
sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria, gangguan aliran darah
karena obstruksi tidak permanen (angina pektoris dan angina preinfark) dan
obstruksi permanen (miocard infarct) Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes,
1993.
B.
Resiko dan insidensi
Penyakit arteri koronaria
merupakan masalah kesehatan yang paling lazim dan merupakan penyebab utama
kematian di USA. Walaupun data epidemiologi menunjukan perubahan resiko dan
angka kematian penyakit ini tetap merupakan tantangan bagi tenaga kesehatan
untuk mengadakan upaya pencegahan dan penanganan. Penyakit jantung iskemik
banyak di alami oleh individu berusia yang berusia 40-70 tahun dengan angka
kematian 20 %. (Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993).
Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat di golongkan
secara logis sebagai berikut :
1. Sifat pribadi Aterogenik.
Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes melitus.
Faktor ini bersama-sama berperan besar dalam menentuak kecepatan artero-
genensis (Kaplan & Stamler, 1991).
2. Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan semaunya.
Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner adalah
diet yang terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam serta oleh
kelambanan fisik, penambahan berat badan yang tak terkendalikan, merokok
sigaret dan penyalah gunaan alkohol (Kaplan & Stamler, 1991).
3. Faktor resiko kecil dan lainnya.
Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak menjelaskan
keseluruhan perbedaan dalam kematian karena penyakit jantung koroner, maka ada
kecurigaan ada faktor resiko utama yang tak diketahui bernar-benar ada.
Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral, kerentanan
hospes, umur dan jenis kelamin (Kaplan & Stamler, 1991).
C. Patofisiologi
Penyakit jantung koroner
dan micardiail infark merupakan respons iskemik dari miokardium yang di
sebabkan oleh penyempitan arteri koronaria secara permanen atau tidak permanen.
Oksigen di perlukan oleh sel-sel miokardial, untuk metabolisme aerob di mana
Adenosine Triphospate di bebaskan untuk energi jantung pada saat istirahat
membutuhakn 70 % oksigen. Banyaknya oksigen yang di perlukan untuk kerja
jantung di sebut sebagai Myocardial Oxygen Cunsumption (MVO2), yang dinyatakan
oleh percepatan jantung, kontraksi miocardial dan tekanan pada dinding jantung.
Jantung yang normal dapat dengan mudah menyesuaikan terhadap peningkatan
tuntutan tekanan oksigen dangan menambah percepatan dan kontraksi untuk menekan
volume darah ke sekat-sekat jantung. Pada jantung yang mengalami obstruksi
aliran darah miocardial, suplai darah tidak dapat mencukupi terhadap tuntutan
yang terjadi. Keadaan adanya obstruksi letal maupun sebagian dapat menyebabkan
anoksia dan suatu kondisi menyerupai glikolisis aerobic berupaya memenuhi
kebutuhan oksigen.
Penimbunan asam laktat merupakan akibat dari glikolisis aerobik yang dapat
sebagai predisposisi terjadinya disritmia dan kegagalan jantung. Hipokromia dan
asidosis laktat mengganggu fungsi ventrikel. Kekuatan kontraksi menurun,
gerakan dinding segmen iskemik menjadi hipokinetik.
Kegagalan ventrikel kiri menyebabkan penurunan stroke volume, pengurangan
cardiac out put, peningkatan ventrikel kiri pada saat tekanan akhir diastole
dan tekanan desakan pada arteri pulmonalis serta tanda-tanda kegagalan jantung.
Kelanjutan dan iskemia tergantung pada obstruksi pada arteri koronaria
(permanen atau semntara), lokasi serta ukurannya. Tiga menifestasi dari iskemi
miocardial adalah angina pectoris, penyempitan arteri koronarius sementara,
preinfarksi angina, dan miocardial infark atau obstruksi permanen pada arteri
koronari (Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993).
D. MENIFESTASI
KLINIK
Palpitasi merupakan manifestasi penyakit jantung
koroner meskipun tidak spesifik. Manifestasi penyakit jantung koroner
bervariasi tergantung pada derajat aliran darah arteri koroner. Bila aliran
koroner masih mencukupi kebutuhan jaringan tidak akan menimbulkan keluhan /
manifestasi klinik. Faktor yang mempengaruhi besar dan sifat arus koroner antara
lain keadaan anatomi dan faktor mekanis, sistem autoregulasi dan tahanan
perifer.
Adapun faktor pencetus yang menambah iskemia seperti, aktifitas fisik,
stress,dll. Angina pektoris yang spesifik merupakan gejala utama dan khas bagi
penyakit jantung koroner. Sesak nafas mulai dengan nafas terasa pendek sewaktu
melakukan aktifitas yang cukup berat, makin lama sesak makin bertambah. Pada
keadaan yang lebih lanjut dapat terjadi gagal jantung.
E.
Mekanisme hipertensi meningkatkan resiko
Bila kebanyakan pembacaan tekanan diastole tetap pada atau di atas 90 mmHg
setelah 6-12 bulan tanpa terapi obat, maka orang itu di anggap hipertensi dan
resiko tambahan bagi penyakit jantung koroner.
Secara sederhana di katakan peningkatan tekanan darh mempercepat arterosklerosis
dan arteriosklerosis sehinggan ruptur dan oklusi vaskuler terjadi sekitar 20
tahu lebih cepat daripada orang dengan normotensi. Sebagian mekanisme terlibat
dalam proses peningkatan tekanan darah yang mengkibatkan perubahan struktur di
dalam pembuluh darah, tetapi tekaan dalam beberpa cara terlibat langusng.
Akibatnya, lebih tinggi tekanan darah, lebih besar jumlah kerusakan vaskular.
Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Penyakit Jantung Koroner
1. Pengkajian
a.
Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, kelelahan,
ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di dapatkan Tachycardia dan dispnea pada
saat beristirahat atau pada saat beraktivitas).
b.
Sirkulasi
Mempunyai riwayat IMA,
Penyakit jantung koroner, CHF, Tekanan darah tinggi, diabetes melitus.
Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau
terlambatnya capilary refill time, disritmia.
Suara jantung, suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan
terjadinya kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan kontraktilitasnya.
Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau muskulus papilaris
yang tidak berfungsi.
Heart rate mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy atau bradi cardia).
Irama jnatung mungkin ireguler atau juga normal.
Edema: Jugular vena distension, odema anasarka, crackles mungkin juga timbul
dengan gagal jantung.
Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.
c.
Eliminasi
Bising usus mungkin
meningkat atau juga normal.
d.
Nutrisi
Mual, kehilangan nafsu
makan, penurunan turgor kulit, berkeringat banyak, muntah dan perubahan berat
badan.
e.
Hygiene perseorangan
Dispnea atau nyeri dada
atau dada berdebar-debar pada saat melakukan aktivitas.
f.
Neoru sensori
Nyeri kepala yang hebat,
Changes mentation.
g.
Kenyamanan
Timbulnya nyeri dada yang
tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat atau dengan nitrogliserin.
Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin menyebar sampai ke
lengan, rahang dan wajah.
Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang sangat yang pernah
di alami. Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang
menyeringai, perubahan pustur tubuh, menangis, penurunan kontak mata, perubahan
irama jantung, ECG, tekanan darah, respirasi dan warna kulit serta tingkat
kesadaran.
h.
Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa
aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan penyakit pernafasan kronis.
Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan respirasi, pucat atau
cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler. Sputum jernih
atau juga merah muda/ pink tinged.
i.
Interaksi sosial
Stress, kesulitan dalam
beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.
j.
Pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga
ada yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke, hipertensi, perokok.
k. Studi
diagnostik
ECG menunjukan: adanya S-T
elevasi yang merupakan tanda dri iskemi, gelombang T inversi atau hilang yang
merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q yang mencerminkan adanya nekrosis.
Enzym dan isoenzym pada jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam, dan mencapai
puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36
jam.
Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan konduksi
jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia.
Whole blood cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah
serangan.
Analisa gas darah: Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru
yang kronis ata akut.
Kolesterol atau trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan
terjadinya arteriosklerosis.
Chest X ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma
ventrikiler.
Echocardiogram: Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi atau
kapasitas masing-masing ruang pada jantung.
Exercise stress test: Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap suatu
stress/ aktivitas.
2. Diagnosa keperawatan dan rencana tindakan
a. Gangguan rasa nyaman
nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantung atau sumbatan pada arteri
koronaria.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien di harapkan mampu menunjukan
adanya penurunan rasa nyeri dada, menunjukan adanya penuruna tekanan dan cara
berelaksasi.
Rencana:
1. Monitor dan kaji karakteristik dan lokasi nyeri.
2. Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, kesadaran).
3. Anjurkan pada pasien agar segera melaporkan bila terjadi nyeri dada.
4. Ciptakn suasana lingkungan yangtenang dan nyaman.
5. Ajarkan dan anjurkan pada pasien untuk melakukan tehnik relaksasi.
6. Kolaborasi dalam : Pemberian oksigen dan Obat-obatan (beta blocker, anti
angina, analgesic)
7. Ukur tanda vital sebelum dan sesudah dilakukan pengobatan dengan narkosa.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada miokard.
Tujuan: setelah di lakukan tindakan perawatan klien menunnjukan peningkatan
kemampuan dalam melakukan aktivitas (tekanan darah, nadi, irama dalam batas
normal) tidak adanya angina.
Rencana:
1. Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah
melakukan aktivitas.
2. Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu.
3. Anjurkan pada pasien agar tidak “ngeden” pada saat buang air besar.
4. Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh dilakukan
oleh pasien.
5. Tunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisiki bahwa aktivitas melebihi
batas.
c. Resiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan
dalam rate, irama, konduksi jantung, menurunya preload atau peningkatan SVR,
miocardial infark.
Tujuan: tidak terjadi penurunan cardiac output selama di lakukan tindakan
keperawatan.
Rencana:
1. Lakukan pengukuran tekanan darah (bandingkan kedua lengan pada posisi
berdiri, duduk dan tiduran jika memungkinkan).
2. Kaji kualitas nadi.
3. Catat perkembangan dari adanya S3 dan S4.
4. Auskultasi suara nafas.
5. Dampingi pasien pada saat melakukan aktivitas.
6. Sajikan makanan yang mudah di cerna dan kurangi konsumsi kafeine.
7. Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian obat-obatan
anti disritmia.
d. Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
tekanan darah, hipovolemia.
Tujuan: selama dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi penurunan perfusi
jaringan.
Rencana:
1. Kaji adanya perubahan kesadaran.
2. Inspeksi adanya pucat, cyanosis, kulit yang dingin dan penurunan kualitas
nadi perifer.
3. Kaji adanya tanda Homans (pain in calf on dorsoflextion), erythema, edema.
4. Kaji respirasi (irama, kedalam dan usaha pernafasan).
5. Kaji fungsi gastrointestinal (bising usus, abdominal distensi, constipasi).
6. Monitor intake dan out put.
7. Kolaborasi dalam: Pemeriksaan ABG, BUN, Serum ceratinin dan elektrolit.
e. Resiko terjadinya ketidakseimbangan cairan excess berhubungan dengan
penurunan perfusi organ (renal), peningkatan retensi natrium, penurunan plasma
protein.
Tujuan: tidak terjadi kelebihan
cairan di dalam tubuh klien selama dalam perawatan.
Rencana:
1. Auskultasi suar nafas (kaji adanya crackless).
2. Kaji adanya jugular vein distension, peningkatan terjadinya edema.
3. Ukur intake dan output (balance cairan).
4. Kaji berat badan setiap hari.
5. Najurkan pada pasien untuk mengkonsumsi total cairan maksimal 2000 cc/24
jam.
6. Sajikan makan dengan diet rendah garam.
7. Kolaborasi dalam pemberian deuritika.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara C long. (1996). Perawatan Medical Bedah. Pajajaran
Bandung.
Carpenito J.L. (1997). Nursing Diagnosis. J.B Lippincott. Philadelpia.
Carpenito J.L. (1998.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8 EGC. Jakarta.
Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi
3 EGC. Jakarta.
Hudack & Galo. (1996). Perawatan Kritis. Pendekatan Holistik. Edisi VI,
volume I EGC. Jakarta.
Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran. Media aesculapius
Universitas Indonesia. Jakarta.
Kaplan, Norman M. (1991). Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. EGC Jakarta.
Lewis T. (1993). Disease of The Heart. Macmillan. New York.
Marini L. Paul. (1991). ICU Book. Lea & Febriger. Philadelpia.
Morris D. C. et.al, The Recognation and treatment of Myocardial Infarction and
It’sComplication.
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. (1993). Proses Keperawatan Pada Pasien
Dengan Gangguan Sistem Krdiovaskuler. Departemen Kesehatan. Jakarta.
Tabrani. (1998). Agenda Gawat Darurat. Pembina Ilmu. Bandung.
(1994). Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Penyakit Jantung. Fakultas Kedokteran
Unair & RSUD dr Soetomo Surabaya.